{{menu_nowledge_desc}}.

CIFOR–ICRAF publishes over 750 publications every year on agroforestry, forests and climate change, landscape restoration, rights, forest policy and much more – in multiple languages.

CIFOR–ICRAF addresses local challenges and opportunities while providing solutions to global problems for forests, landscapes, people and the planet.

We deliver actionable evidence and solutions to transform how land is used and how food is produced: conserving and restoring ecosystems, responding to the global climate, malnutrition, biodiversity and desertification crises. In short, improving people’s lives.

Pengukuran karbon tersimpan di berbagai macam penggunaan lahan

Export citation

Perubahan iklim global pada dekade terakhir ini terjadi karena terganggunya keseimbangan energi antara bumi dan atmosfir akibat meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca (GRK) terutama karbondioksida (CO ). Indonesia sebagai 2 negara penyumbang CO terbesar ketiga di dunia (Wetland 2 Internasional 2006) dengan emisi CO rata-rata per tahun 2 3000 Mt atau berarti telah menyumbangkan sekitar 10% dari total emisi CO di dunia (Seputar Indonesia 24 Maret 2007). 2 Meningkatnya konsentrasi CO disebabkan oleh pengelolaan 2 lahan yang kurang tepat antara lain pembakaran hutan dalam skala luas secara bersamaan dan pengeringan lahan gambut untuk pembukaan lahan-lahan pertanian. Hutan alami merupakan penyimpan karbon (C) tertinggi bila dibandingkan dengan sistem penggunaan lahan pertanian. Oleh karena itu hutan alami dengan keragaman jenis pepohonan berumur panjang dan seresah yang banyak merupakan gudang penyimpan C tertinggi. Bila hutan diubah fungsinya menjadi lahan-lahan pertanian atau perkebunan atau ladang penggembalaan maka jumlah C tersimpan akan merosot. Jumlah C tersimpan antar lahan tersebut berbeda-beda tergantung pada keragaman dan kerapatan tumbuhan yang ada jenis tanahnya serta cara pengelolaannya. Indonesia memiliki berbagai macam penggunaan lahan mulai dari yang paling ekstensive misalnya agroforestri kompleks yang menyerupai hutan hingga paling intensive seperti sistem pertanian semusim monokultur. Pengukuran secara kuantitatif C tersimpan dalam berbagai macam penggunaan lahan perlu dilakukan. Untuk itu diperlukan metoda pengukuran standard yang baku dan telah dipergunakan secara luas agar hasilnya dapat dibandingkan antar lahan dan antar lokasi.

Related publications