Kecerdasan buatan (AI) memiliki potensi yang terus berkembang—meskipun belum sepenuhnya dipahami — untuk mendukung upaya mitigasi perubahan iklim, adaptasi, dan restorasi ekosistem. Namun demikian, bias dalam data dan algoritma dapat memperparah ketimpangan yang sudah ada. Selain itu, pesatnya perkembangan AI menimbulkan pertanyaan etis mengenai siapa yang akan memperoleh manfaat dan siapa yang justru akan tertinggal.
CIFOR-ICRAF tengah mengupayakan integrasi kecerdasan buatan (AI) ke dalam kegiatan ilmiah melalui pendekatan yang mengedepankan keandalan, keamanan, dan prinsip keadilan.
Sebagai contoh, dengan mengintegrasikan beragam set data dan alat analisis yang didukung oleh pembelajaran mesin dan kecerdasan buatan (AI), Platform Pengetahuan Pohon Global memberikan dukungan kepada pengguna—mulai dari pembuat kebijakan hingga petani kecil—dalam menavigasi bentang alam yang kompleks, guna mengambil keputusan yang tepat terkait penanaman Pohon yang Tepat di Tempat yang Tepat. Land Degradation Surveillance Framework (LDSF) merupakan metode komprehensif untuk menilai kesehatan tanah dan lahan, serta memanfaatkan eksplorasi analitik data yang canggih dan terbaru. Sementara itu, aplikasi Regreening Africa mengintegrasikan kecerdasan buatan (AI) dan ilmu pengetahuan warga untuk melayani ratusan ribu petani, dengan tujuan membalikkan degradasi lahan di delapan negara di Sub-Sahara Afrika.
Potensi penggunaan lainnya mencakup analisis berbasis kecerdasan buatan (AI) dan realitas virtual untuk memprediksi secara lebih akurat jenis tanaman pohon yang dapat tumbuh dalam berbagai kondisi, mengidentifikasi spesies satwa liar secara efisien melalui penggunaan kamera jebak, serta memprediksi perilaku hewan dan aktivitas perburuan liar. Selain itu, AI juga dimanfaatkan dalam pengumpulan, analisis, dan distribusi data guna mendorong serta memperkuat inisiatif akar rumput, pengetahuan asli, kearifan lokal, dan tindakan yang dipimpin oleh masyarakat. Namun demikian, terlepas dari potensinya, penggunaan AI membutuhkan konsumsi energi dan data dalam jumlah yang sangat besar, yang menimbulkan tantangan etika dan dapat menghambat kemampuan perusahaan teknologi informasi dalam mencapai target keberlanjutan (‘hijau’) mereka. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, serta komitmen kami terhadap prinsip keberlanjutan, kami berupaya untuk mengoptimalkan manfaat AI sambil mendukung upaya-upaya dalam meminimalkan dampak lingkungan yang ditimbulkan.